Pendidikan di Indonesia telah melalui berbagai fase perubahan dalam sistem evaluasi dan ujian sejak tahun 1950. Sistem evaluasi ini tidak hanya mencerminkan kebijakan pendidikan nasional dari masa ke masa, tetapi juga menunjukkan perkembangan dalam cara pemerintah menilai capaian belajar siswa.
Berikut adalah rangkuman perjalanan sistem ujian dari tahun ke tahun:
Dilaksanakan secara nasional oleh Departemen Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan.
Soal berbentuk esai dan diperiksa secara rayon.
Ini merupakan cikal bakal sistem ujian nasional di Indonesia.
Semua mata pelajaran diuji dalam satu sistem ujian nasional.
Soal disiapkan oleh pemerintah pusat dan berlaku serentak di seluruh wilayah Indonesia.
Waktu pelaksanaan ditentukan oleh pemerintah.
Pemerintah tidak lagi menyelenggarakan ujian nasional.
Penilaian dan pelaksanaan ujian sepenuhnya menjadi kewenangan sekolah masing-masing.
EBTA (Evaluasi Belajar Tahap Akhir) dilaksanakan di sekolah.
EBTANAS (Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional) dilaksanakan secara nasional.
Kelulusan dihitung dari gabungan nilai EBTA dan EBTANAS.
UAN mulai menjadi penentu utama kelulusan siswa.
Batas lulus ditetapkan 3,0 pada tahun 2003 dan meningkat menjadi 4,0 pada 2004.
Ujian Nasional (UN) sepenuhnya menentukan kelulusan siswa.
Batas lulus terus meningkat: 4,25 (2005–2007) dan 5,50 (2008–2010).
Kelulusan ditentukan dari kombinasi nilai Ujian Sekolah (40%) dan UN (60%).
Batas lulus tetap di angka 5,50.
UN tidak lagi menjadi penentu kelulusan.
Digunakan sebagai syarat melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
Kelulusan sepenuhnya ditentukan oleh nilai Ujian Sekolah masing-masing.
Asesmen Nasional (AN) menggantikan peran UN.
AN tidak menentukan kelulusan siswa secara individu.
Hasil belajar dievaluasi dari kompetensi literasi, numerasi, dan lingkungan belajar.
Kelulusan tetap ditentukan melalui Ujian Sekolah.
Sumber Referensi Resmi:
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek)
Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP)
Catatan Penting untuk Orang Tua dan Siswa:
Asesmen Nasional saat ini bukan lagi penentu kelulusan, namun menjadi cermin kualitas pembelajaran di sekolah. Fokus kini diarahkan pada peningkatan mutu belajar, bukan sekadar angka kelulusan.